Aksi Mahasiswa Dalam Perdamaian
Antar Umat Beragama
Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata “toleran” bisa diartikan bersifat
atau bersikap menenangkan (menghargai, membiarkan, membolehkan) yang berbeda
atau yang bertentangan. Dalam bahasa Arab, toleransi bisa disebut “tasamuh”
yang artinya adalah bersikap membiarkan atau lapang dada, atau bisa yang
berarti murah hati. (P. Dr. Bortomeleus Bolong, OCD. Pdt. Dr. Frederik Y. A.
Doeka:2013)
Agama adalah elemen yang fundamental
dalam hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kebebasan dalam beragama
dan saling menghargai yang lain merupakan suatu keharusan dan sebuah pilihan.
Ungkapan kebebasan dalam beragama memberikan arti yang luas, kebebasan beragama
menjadikan seseorang mampu meniadakan diskriminasi untuk beragama dan untuk
mempercayai kepercayaan yang diyakini.
Peran mahasiswa dalam memperkuat
toleransi sangatlah penting dan semakin penting di masa sekarang ini dan di
masa yang akan datang. Apa lagi untuk menghadapi era globalisasi selain
mendatangkan banyak masalah bagi umat beragama, tentunya juga bakal tentu akan
menghadirkan banyak tantangan untuk membangun perdamaian dunia yang
berkelanjutan, ketegangan, konflik, dan kekerasan di antara umat manusia, tentunya
juga sebagai tantangan generasi sekarang dan generasi yang akan datang terutama
bagi para pelajar atau mahasiswa untuk membangun lingkungan masyarakat yang
semakin kompleks untuk membangun hubungan beragama, bermasyarakat, dan
bernegara yang lebih toleran.
Tugas utama seorang mahasiswa
adalah selain aktif dalam civitas akademika dan melanjutkan pendidikan tingkat
akademisi yang lebih tinggi mahasiswa juga barang tentu harus
mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama tentang toleransi dan perdamaian dalam
kehidupan sehari-hari baik itu saat bergaul dengan posisi yang sebagai
mahasiswa ataupun saat berkumpul di tengah keluarga. Toleransi merupakan sikap
terbuka dalam menghadapi perbedaan. Di dalamnya terkandung sikap saling
menghargai dan menghormati perbedaan atau eksistensi yang ada dari
masing-masing pihak. Keaneka ragaman tidak di posisikan sebagai ancaman, namu
justru peluang untuk saling bersinergi secara positif. Dalam hal ini di
jelaskan dalam Al-qur’an surat al-Mumtahanah 8-9:
Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang Berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang
kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan
Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang
yang zalim. (Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya: 1991)
Toleransi dapat dikatakan sebagai
jalan keluar yang dicetus islam untuk menyikapi pluralisme, dan masih banyak
lagi ayat-ayat dalam Al-qur’an dan hadist Nabi Muhammad Saw yang dapat
dijadikan referensi dalam menikmati hidup bertoleransi. (P. Dr. Bortomeleus
Bolong, OCD. Pdt. Dr. Frederik Y. A. Doeka:2013)
Seperti yang disampaikan oleh Br.
Angel Nadut, SVD beliau adalah Dosen FKIP UNWIRA-Kupang. Penjelasan tentang
“Kasihilah Tuhanmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan
segenap kekuatanmu, dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri (Lukas 10:27)”
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
mari kita kembali kepada pesan-pesan Tuhan dalam Kitab Suci kita masing-masing.
Kasih dan kerukunan dalam kemajemukan sebenarnya bukanlah hal yang sulit untuk
dilakukan. Dalam konteks ke-Indonesiaan, keharuman kasih dan kerukunan dalam
kemajemukan dapat kita capai baik individu maupun bersama dengan cara menjaga
moralitas hidup yang baik, yang ditandai dengan kebenaran, kebaikan, keadilan,
kejujuran dan menjunjung tinggi keluhuran nilai-nilai insani dalam menghayati
dan mengamalkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar hidup berbangsa dan
bernegara. Kasih dan kerukunan dalam kemajemukan sebagai umat beragama dan
warga bangsa harus tercermin pada tindakan atau perbuatan nyata yang
menunjukkan adanya saling menolong, mengasihi, menghargai, menghormati,
termasuk di dalamnya menghormati agama dan iman orang lain.
Tentun dengan demikian setiap
mahasiswa harus mampu mengelola perbedaan dalam kehidupan sehari-hari, lalu
bagaimana mengelola perbedaan dalam kehidupan sehari-hari? “perbedaan adalah
sesuatu yang harus di hargai, karena dengan menyadari akan perbedaan-perbedaan
yang ada, kita akan mampu membangun kebersamaan yang berlandaskan kasih. (P.
Dr. Bortomeleus Bolong, OCD. Pdt. Dr. Frederik Y. A. Doeka:2013)
Hidup rukun menjadi dambaan umat
manusia sepanjang masa karena kerukunan menghasilkan kebahagiaan, kita harus
belajar dan mengajarkan untuk hidup rukun dengan sesama. Seperti yang
disampaikan P. Krist Jawa, CMF “Pintu berkat Tuhan terbuka ketika kita semua
yang mencari hidup dalam kerukunan dengan saling menghormati satu sama lain.
Mari kita satukan hati, bulatkan
tekad menciptakan kedamaian dan ketentraman di bumi persada ini agar bumi kita
semakin mendapat berkat dari Tuhan. Kita harus berani memulai dari sekarang.
Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita ya, siapa lagi. (P. Dr.
Bortomeleus Bolong, OCD. Pdt. Dr. Frederik Y. A. Doeka:2013)
Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Departemen Agama RI,
Al-Quran dan Tafsirnya: 1991)
Sekian…Saya ucapkan terima
kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini, Semoga Allah memberikan
hidayahnya dan rahmatnya pada kita semua, Salam sejahtera, Semoga Tuhan Memberkati Seluruh
Makhluk di Muka Bumi. Amin…
Terimakasih untuk artikel bermanfaatnya .. sanggat menarik untuk di baca 😊😊
BalasHapusKita sebagai mahasiswa memang perlu kegiatan2 seperti diatas agar kita selalu menghargai makna perbedaan yg sesungguhnya . Nice articles :) sangat menggugah hati para mahasiswa yg membaca tentunya
BalasHapusMenarik kak artikelnya, ditambah lagi dasar ayat/haditsnya ya agar tambah jelas dan lebih bagus :)
BalasHapusventhy putri : iya kak terimakassih atas kunjungannya di web saya
BalasHapusadinda wilis : iya kak benar sekali kalau bukan dari generasi seperti kita (mahasiswa) lalu siapa lagi yang akan menghargai perbedaan yang ada di lingkungan kita dan yang ada di sekitar kita terkaddang orang hanya memikirkan kepentingan individu semata saja
BalasHapusdenisa : akan saya perbaiaki di artikel- artikel berikutnya terimakasih kak atas kunjungan, kritik dan saran kakak :)
BalasHapusdenisa : akan saya perbaiaki di artikel- artikel berikutnya terimakasih kak atas kunjungan, kritik dan saran kakak :)
BalasHapuswahhh mahhassiswa sekarang harusnya sudah berubah bukan hanya pembuatt onar dengan demo bayaran tetapi lebih mendukung aksi perdamaian seperti inni lebih berguna ketimbang mengikuti demo yang tidak berguna
BalasHapusnana : iyaa para mahassiswa sekarang mulai berubah dan tidak anarkis dan mementingkan keinginan mereka sendiri dan mereka mulai menatap massa depan yang lebih baik
BalasHapusmahasiswa sebagai orang2 yang berpendidikan harusnya menggalakan yang namanya kedamaian, bukan malah berdemo yang berbau anarki. kedamaian itu dapat mereka wujudkan dengan mendirikan suatu dialog agama atau mungkin organisasi tentang kemanusiaan
BalasHapus