Minggu, 08 November 2015

DAMAI YANG MASIH DITUNGGU DI SEPANJANG ZAMAN


“Damai di bumi sangat dirindukan oleh semua orang di sepanjang zaman.” Demikian kalimat awal Ensiklik Pacem in Terris. Ensiklik Pacem in Terris (damai di bumi) merupakan salah satu ensiklik yang dikeluarkan oleh Beato Yohanes XXIII. Ensiklik ini dikeluarkan pada tanggal 11 April 1963.
Walaupun telah lama diserukan dan telah banyak terjadi perubahan dalam dunia, tetapi kelihatan Ensiklik ini masih relevan untuk situasi dunia kita.  Apa yang dikatakan dalam Ensiklik tersebut merupakan suara Gereja yang menolak segala bentuk kekerasan, peperangan, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam suasana demikian, manusia dihantui oleh rasa takut, cemas, dan kuatir yang tak kunjung berakhir. Padahal, setiap manusia dalam dirinya masing-masing sangat merindukan perdamaian. Manusia menginginkan perdamaian menguasai hatinya dan menguasai seluruh kegiatan aktivitasnya sehari-hari. Singkatnya, manusia membutuhkan perdamaian dalam segala sesuatu yang dilakukannya sebagai manusia.

·         ABAD PENUH PERGOLAKAN

Suatu abad yang dikuasai oleh egoisme manusia. Dalam abad ini, terjadi banyak ketidak adilan terhadap hak asasi manusia. Begitu banyak terjadi pertumpahan darah dan korban berjatuhan tak terhitung jumlahnya.
Di awali oleh revolusi ekonomi yang melanda beberapa negara. Ajaran Karl Mark menjadi dewa yang menguasai sebagian dunia. Di sana munculnya materialisme yang menguasai manusia. Manusia begitu serakah. Ia haus akan harta dunia. Pandangan ini dimaksudkan juga untuk menyingkirkan hal-hal yang menghalangi kemajuan dalam bidang ekonomi. Yang dimaksud adalah nilai-nilai iman.

Iman telah meninabobokan manusia sehingga manusia enggan berusaha, demikian pendapat mereka. Karl Mark sendiri tidak menolak Tuhan. Ia hanya menolak ‘cara’ atau praktek beriman yang membelenggu kemajuan ekonomi, tetapi para pengikutnya menafsirkan ajarannya secara lain. Akhirnya, ajaran itu berubah menjadi permusuhan besar-besaran terhadap Gereja, kaum beriman, dan lain-lain.
Akibat dari penyingkiran nilai iman dan keserakahan manusialah, maka yang terjadi berikutnya adalah persaingan. Persaingan bukan saja dalam bidang ekonomi, namun merambat ke bidang lain seperti politik dan persenjataan. Dari hari ke hari persaingan itu semakin memanas. Akibat persaingan ini adalah munculnya dua perang besar. Perang dunia pertama dan kedua yang memakan korban begitu banyak, baik dari segi materi maupun nyawa manusia. Pada saat yang bersamaan muncul beberapa tokoh penghancur yang menjadi penyebab munculnya peperangan besar itu.

Ketegangan tidak berhenti, tetapi berlanjut terus. Perang dingin pun menyusul kemudian. Perang ini telah menjadi sesuatu yang paling menakutkan dalam sejarah umat manusia. Negara-negara maju yang berkepentingan mulai meluaskan pengaruhnya secara diam-diam. Hal ini ditandai dengan terpecahnya menjadi negara-negara Blok Timur dan Blok Barat.
Namun, syukur kepada Allah karena perang dingin tidak meletus. Pecahnya negara Uni Soviet, menjadi tanda berakhirnya perang dingin. Persaingan antara Blok Timur dan Blok Barat pun dengan sendirinya mereda. Walaupun setelah itu, muncul suatu fase baru dalam peradaban yang melanda manusia modern sampai saat ini.
Seolah-olah kelanjutan dari keadaan sebelumnya, ketegangan masih terus berlangsung. Perang besar telah terjadi yaitu Perang Teluk antara Irak dan Kuwait. Hingga saat ini, ancaman perang ini terus berlanjut dan telah berubah menjadi suatu permusuhan dan saling membenci antara Irak dan Amerika dengan sekutu-sekutunya. Selain itu, negara-negara - tidak terkecuali miskin atau kaya - berlomba-lomba mendemonstrasikan kekuatan senjatanya. Bahaya produksi senjata nuklir menjadi isu dan ancaman besar yang melanda dunia.Demikianlah rentetan peristiwa yang terjadi pada abad yang lalu.Dan hal itu masih berlanjut sampai abad sekarang ini.

Sekarang, marilah kita melihat semua peristiwa yang terjadi itu. Dari segi iman, satu hal yang tidak dapat dilupakan. Abad ke-20, merupakan abad para martir. Banyak umat beriman yang mati karena membela imannya. Korban Kamp. Konsentrasi memakan jutaan jiwa. Pembunuhan massal terhadap orang kristen merajalela di mana-mana. Banyak kaum beriman digiring dan disekap di dalam penjara. Pengorbanan para martir di Korea, Jepang, Vietnam, dan Uganda menjadi saksi keganasan abad ke duapuluh ini. Masih banyak lagi pengorbanan para martir yang terjadi dalam abad duapuluh.

·         HAKEKAT PERDAMAIAN

Setelah mengetahui hal tersebut, sebuah pertanyaan dapat diungkapkan, “Apakah manusia menginginkan kekerasan dan peperangan melanda dunia ini?” Sesungguhnya, di tengah ketakutan, kekuatiran, kecemasan, betapa manusia merindukan perdamaian. Sebagai seorang islami, betapa manusia merindukan kebahagiaan, sukacita sebagai hamba Allah yang merdeka.
Namun, perdamaian tidak akan tercapai jika hati manusia masih dikuasai oleh kebencian, kemarahan, nafsu ingin membalas dendam, dan lain-lain. Perdamaian hanya dapat dicapai jika manusia menyingkirkan segala egoisme yang menguasai hatinya. Dengan kata lain, perdamaian tercapai jika manusia membangun kembali kodrat awalnya, yakni sebagai makhluk bermoral dan terlebih sebagai makhluk ciptaan Allah.

Hal ini dimaksudkan, bahwa dari kodratnya manusia adalah makhluk pendamai. Sejak ia diciptakan, kedamaian sudah ada dalam dirinya (seluruh pribadinya sebagai manusia). Kedamaian yang dimaksud bukan sekedar suasana atau keadaan yang berkaitan dengan perasaan tetapi lebih daripada itu, suatu kedamaian yang menyangkut bagian terdalam hidup manusia yaitu jiwanya.
Dengan demikian, manusia tidak dapat hidup tanpa suatu perdamaian, entah itu perdamaian dengan dirinya sendiri; dengan sesamanya; dengan Tuhannya; dan dengan lingkungannya. Manusia tidak dapat lepas dari perdamaian. Di manapun dan kapanpun, ia senantiasa membutuhkan perdamaian. Oleh karenanya, jika perdamaian itu terancam oleh orang lain atau lingkungan, dengan sendirinya hidupnya juga akan terancam.
Karena itu, jika ada orang yang bertindak melawan perdamaian, berarti ia bertindak melawan kodratnya. Ia bertindak melawan hati nurani dan hukum moral. Terlebih lagi, ia bertindak melawan Allah sumber dan pencipta perdamaian itu sendiri.

·         MENYONGSONG PERDAMAIAN

Di tengah gejolak yang melanda dunia ini, manusia cenderung bersikap skeptis, bahwa ‘Perdamaian tidak dapat dicapai.’ Benarkah demikian? Menurut saya tidak, perdamaian dapat dicapai asalkan setiap individu ataupun setiap agama dapat berpikiran secara rasional dan tidak berpikiran mementingkan kepentingan sendiri. Perdamaian yang juga terdapat dalam jiwa manusia: kebenaran, keadilan, cintakasih, dan kemerdekaan.

Kebenaran akan membangun perdamaian apabila setiap orang secara tulus mengakui bukan hanya haknya sendiri tetapi juga kewajibannya terhadap sesama manusia. Tugas manusia bukan saja mencari kebenaran tetapi juga menanamkan kebenaran itu kepada orang lain. Kebenaran yang dimaksud bukan sekedar slogan atau teori semata tentang kebenaran, melainkan kebenaran yang dihayati sendiri, yang dijiwai dan yang diaktualkan dalam kesehariannya. Kebenaran itu tidak lain adalah Allah sendiri. Menghayati kebenaran berarti menghayati hidup Allah sendiri.
Keadilan akan membangun perdamaian, jika di dalam pelaksanaannya setiap orang menghormati hak orang lain dan benar-benar melaksanakan tugas yang ditentukan bagi mereka. Dengan menghormati hak orang lain berarti, manusia mengakui keberadaan sesamanya. Keberadaannya sebagai makhluk yang memiliki hak dan martabat sebagai ciptaan Tuhan.
Cintakasih akan membangun perdamaian, apabila orang-orang merasakan bahwa kebutuhan orang lain sebagai kebutuhannya sendiri dan membagikan hartanya kepada sesama, terutama nilai-nilai akal budi dan semangat yang mereka miliki. Cintakasih dalam ajaran kristiani menduduki tempat utama. Cintakasih menyangkut segala-galanya. Dengan membagikan segala apa yang ada pada kita, berarti kita membangun suatu dunia yang penuh damai. Membagi cintakasih berarti membagi perdamaian.

Kemerdekaan akan membangun perdamaian dan membuatnya berkembang, jikalau di dalam memilih sarana untuk tujuan itu, orang-orang bertindak sesuai dengan akal dan bertanggungjawab akan tindakannya sendiri. Kemerdekaan tidak berarti manusia bebas melakukan sesuatu tanpa dibatasi. Kemerdekaan yang sejati justeru merupakan suatu tindakan yang didasarkan pada kemampuan manusia untuk bertanggungjawab atas segala tindakannya. Yang dimaksudkan disini adalah tindakan bukan hanya sekedar tindakan saja, melainkan tindakan benar yang menghasilkan suatu perdamaian.

Dari empat hal tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa perdamaian di samping sebagai milik manusia sebagai sesuatu yang berasal dari kodratnya, juga berarti bahwa perdamaian merupakan suatu keaktifan manusia karena perdamaian merupakan karya manusia sendiri. Untuk tercapainya suatu perdamaian, diperlukan peran serta manusia di dalamnya. Peran serta itu tidak lain daripada mengaktifkan segala kemampuan jiwanya, yaitu hidup dalam kebenaran, berlaku adil, mengamalkan cinta kasih, dan menciptakan kemerdekaan.

·         REFLEKSI DAN PENUTUP

Apakah damai masih ada dalam diri kita? Apakah kita mampu menghadirkan arti dari damai itu kepada orang lain? Perdamaian harus mulai dari diri sendiri, sesama, dan berakhir pada Tuhan. Keluarga merupakan lahan pertama tempat kita dapat menanamkan benih perdamaian, kepada suami, isteri, anak, dan lain-lain. Setelah itu barulah kita bergerak pada tingkat yang lebih luas; tetangga dan lingkungan di mana saja kita berada dan akhirnya dunia seluruhnya.
Di akhir tulisan ini, marilah kita semua berdoa kepada Tuhan agar Dia menghujankan rahmat perdamaian bagi dunia ini, supaya segala permusuhan dilenyapkan, segala peperangan dan pertikaian segera berakhir, sehingga kita dapat menikmati suatu dunia di mana Mesias memerintah untuk selama-lamanya.


4 komentar:

  1. damai memang masih di impikan di sseluruh dunia terkadang perdamaianatau kedamaian asusah untuk di dapatkan karna memanng tidak ada kemauan untuk menciptakannya alangkah lebih baiknya jika perdamaian itu mulai kita ciptakan

    BalasHapus
  2. nana : sekarang adalah tugas kita dalam menciptakian perdamaian di atas muka dunia ini jika tidak ada perdmaian, mungkin beberapa tahun lagi duunia ini akan penu dengan peperangan yang terjadi di mana-mana

    BalasHapus
  3. gimana bisa damai kalo manusianya masih banyak yang berkonflik kak, banyak manusia yang belum mengerti pentingnya kedamaian sperti apa

    BalasHapus
  4. sebenarnya buka ditunggu sih kak, damai itu sudah ada sebenarnya tapi sudah menipis prosentasenya. sudah harus dibangun lagi yang namanya kedamaian agar hidup di dunia ini lebih indah dengan bersatunya perbedaan :)

    BalasHapus