“Damai di bumi sangat dirindukan oleh semua orang di
sepanjang zaman.” Demikian kalimat awal Ensiklik Pacem in Terris. Ensiklik
Pacem in Terris (damai di bumi) merupakan salah satu ensiklik yang dikeluarkan
oleh Beato Yohanes XXIII. Ensiklik ini dikeluarkan pada tanggal 11 April 1963.
Walaupun telah lama diserukan dan telah banyak terjadi
perubahan dalam dunia, tetapi kelihatan Ensiklik ini masih relevan untuk
situasi dunia kita. Apa yang dikatakan
dalam Ensiklik tersebut merupakan suara Gereja yang menolak segala bentuk
kekerasan, peperangan, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam suasana demikian, manusia dihantui oleh rasa takut,
cemas, dan kuatir yang tak kunjung berakhir. Padahal, setiap manusia dalam
dirinya masing-masing sangat merindukan perdamaian. Manusia menginginkan
perdamaian menguasai hatinya dan menguasai seluruh kegiatan aktivitasnya
sehari-hari. Singkatnya, manusia membutuhkan perdamaian dalam segala sesuatu
yang dilakukannya sebagai manusia.
·
ABAD PENUH PERGOLAKAN
Suatu abad yang dikuasai oleh
egoisme manusia. Dalam abad ini, terjadi banyak ketidak adilan terhadap hak
asasi manusia. Begitu banyak terjadi pertumpahan darah dan korban berjatuhan
tak terhitung jumlahnya.
Di awali oleh revolusi ekonomi
yang melanda beberapa negara. Ajaran Karl Mark menjadi dewa yang menguasai
sebagian dunia. Di sana munculnya materialisme yang menguasai manusia. Manusia
begitu serakah. Ia haus akan harta dunia. Pandangan ini dimaksudkan juga untuk
menyingkirkan hal-hal yang menghalangi kemajuan dalam bidang ekonomi. Yang
dimaksud adalah nilai-nilai iman.
Iman telah meninabobokan manusia
sehingga manusia enggan berusaha, demikian pendapat mereka. Karl Mark sendiri
tidak menolak Tuhan. Ia hanya menolak ‘cara’ atau praktek beriman yang
membelenggu kemajuan ekonomi, tetapi para pengikutnya menafsirkan ajarannya
secara lain. Akhirnya, ajaran itu berubah menjadi permusuhan besar-besaran
terhadap Gereja, kaum beriman, dan lain-lain.
Akibat dari penyingkiran nilai
iman dan keserakahan manusialah, maka yang terjadi berikutnya adalah
persaingan. Persaingan bukan saja dalam bidang ekonomi, namun merambat ke
bidang lain seperti politik dan persenjataan. Dari hari ke hari persaingan itu
semakin memanas. Akibat persaingan ini adalah munculnya dua perang besar. Perang
dunia pertama dan kedua yang memakan korban begitu banyak, baik dari segi
materi maupun nyawa manusia. Pada saat yang bersamaan muncul beberapa tokoh
penghancur yang menjadi penyebab munculnya peperangan besar itu.
Ketegangan tidak berhenti, tetapi
berlanjut terus. Perang dingin pun menyusul kemudian. Perang ini telah menjadi
sesuatu yang paling menakutkan dalam sejarah umat manusia. Negara-negara maju
yang berkepentingan mulai meluaskan pengaruhnya secara diam-diam. Hal ini
ditandai dengan terpecahnya menjadi negara-negara Blok Timur dan Blok Barat.
Namun, syukur kepada Allah karena
perang dingin tidak meletus. Pecahnya negara Uni Soviet, menjadi tanda
berakhirnya perang dingin. Persaingan antara Blok Timur dan Blok Barat pun
dengan sendirinya mereda. Walaupun setelah itu, muncul suatu fase baru dalam
peradaban yang melanda manusia modern sampai saat ini.
Seolah-olah kelanjutan dari
keadaan sebelumnya, ketegangan masih terus berlangsung. Perang besar telah
terjadi yaitu Perang Teluk antara Irak dan Kuwait. Hingga saat ini, ancaman
perang ini terus berlanjut dan telah berubah menjadi suatu permusuhan dan
saling membenci antara Irak dan Amerika dengan sekutu-sekutunya. Selain itu,
negara-negara - tidak terkecuali miskin atau kaya - berlomba-lomba mendemonstrasikan
kekuatan senjatanya. Bahaya produksi senjata nuklir menjadi isu dan ancaman
besar yang melanda dunia.Demikianlah rentetan peristiwa yang terjadi pada abad
yang lalu.Dan hal itu masih berlanjut sampai abad sekarang ini.
Sekarang, marilah kita melihat
semua peristiwa yang terjadi itu. Dari segi iman, satu hal yang tidak dapat
dilupakan. Abad ke-20, merupakan abad para martir. Banyak umat beriman yang
mati karena membela imannya. Korban Kamp. Konsentrasi memakan jutaan jiwa.
Pembunuhan massal terhadap orang kristen merajalela di mana-mana. Banyak kaum
beriman digiring dan disekap di dalam penjara. Pengorbanan para martir di
Korea, Jepang, Vietnam, dan Uganda menjadi saksi keganasan abad ke duapuluh
ini. Masih banyak lagi pengorbanan para martir yang terjadi dalam abad
duapuluh.
·
HAKEKAT PERDAMAIAN
Setelah mengetahui hal tersebut,
sebuah pertanyaan dapat diungkapkan, “Apakah manusia menginginkan kekerasan dan
peperangan melanda dunia ini?” Sesungguhnya, di tengah ketakutan, kekuatiran,
kecemasan, betapa manusia merindukan perdamaian. Sebagai seorang islami, betapa
manusia merindukan kebahagiaan, sukacita sebagai hamba Allah yang merdeka.
Namun, perdamaian tidak akan
tercapai jika hati manusia masih dikuasai oleh kebencian, kemarahan, nafsu
ingin membalas dendam, dan lain-lain. Perdamaian hanya dapat dicapai jika
manusia menyingkirkan segala egoisme yang menguasai hatinya. Dengan kata lain,
perdamaian tercapai jika manusia membangun kembali kodrat awalnya, yakni
sebagai makhluk bermoral dan terlebih sebagai makhluk ciptaan Allah.
Hal ini dimaksudkan, bahwa dari
kodratnya manusia adalah makhluk pendamai. Sejak ia diciptakan, kedamaian sudah
ada dalam dirinya (seluruh pribadinya sebagai manusia). Kedamaian yang dimaksud
bukan sekedar suasana atau keadaan yang berkaitan dengan perasaan tetapi lebih
daripada itu, suatu kedamaian yang menyangkut bagian terdalam hidup manusia
yaitu jiwanya.
Dengan demikian, manusia tidak
dapat hidup tanpa suatu perdamaian, entah itu perdamaian dengan dirinya
sendiri; dengan sesamanya; dengan Tuhannya; dan dengan lingkungannya. Manusia
tidak dapat lepas dari perdamaian. Di manapun dan kapanpun, ia senantiasa
membutuhkan perdamaian. Oleh karenanya, jika perdamaian itu terancam oleh orang
lain atau lingkungan, dengan sendirinya hidupnya juga akan terancam.
Karena itu, jika ada orang yang
bertindak melawan perdamaian, berarti ia bertindak melawan kodratnya. Ia
bertindak melawan hati nurani dan hukum moral. Terlebih lagi, ia bertindak
melawan Allah sumber dan pencipta perdamaian itu sendiri.
·
MENYONGSONG PERDAMAIAN
Di tengah gejolak yang melanda
dunia ini, manusia cenderung bersikap skeptis, bahwa ‘Perdamaian tidak dapat
dicapai.’ Benarkah demikian? Menurut saya tidak, perdamaian dapat dicapai
asalkan setiap individu ataupun setiap agama dapat berpikiran secara rasional
dan tidak berpikiran mementingkan kepentingan sendiri. Perdamaian yang juga
terdapat dalam jiwa manusia: kebenaran, keadilan, cintakasih, dan kemerdekaan.
Kebenaran akan membangun
perdamaian apabila setiap orang secara tulus mengakui bukan hanya haknya
sendiri tetapi juga kewajibannya terhadap sesama manusia. Tugas manusia bukan
saja mencari kebenaran tetapi juga menanamkan kebenaran itu kepada orang lain.
Kebenaran yang dimaksud bukan sekedar slogan atau teori semata tentang
kebenaran, melainkan kebenaran yang dihayati sendiri, yang dijiwai dan yang
diaktualkan dalam kesehariannya. Kebenaran itu tidak lain adalah Allah sendiri.
Menghayati kebenaran berarti menghayati hidup Allah sendiri.
Keadilan akan membangun perdamaian,
jika di dalam pelaksanaannya setiap orang menghormati hak orang lain dan
benar-benar melaksanakan tugas yang ditentukan bagi mereka. Dengan menghormati
hak orang lain berarti, manusia mengakui keberadaan sesamanya. Keberadaannya
sebagai makhluk yang memiliki hak dan martabat sebagai ciptaan Tuhan.
Cintakasih akan membangun
perdamaian, apabila orang-orang merasakan bahwa kebutuhan orang lain sebagai
kebutuhannya sendiri dan membagikan hartanya kepada sesama, terutama
nilai-nilai akal budi dan semangat yang mereka miliki. Cintakasih dalam ajaran
kristiani menduduki tempat utama. Cintakasih menyangkut segala-galanya. Dengan
membagikan segala apa yang ada pada kita, berarti kita membangun suatu dunia
yang penuh damai. Membagi cintakasih berarti membagi perdamaian.
Kemerdekaan akan membangun
perdamaian dan membuatnya berkembang, jikalau di dalam memilih sarana untuk
tujuan itu, orang-orang bertindak sesuai dengan akal dan bertanggungjawab akan
tindakannya sendiri. Kemerdekaan tidak berarti manusia bebas melakukan sesuatu
tanpa dibatasi. Kemerdekaan yang sejati justeru merupakan suatu tindakan yang
didasarkan pada kemampuan manusia untuk bertanggungjawab atas segala
tindakannya. Yang dimaksudkan disini adalah tindakan bukan hanya sekedar
tindakan saja, melainkan tindakan benar yang menghasilkan suatu perdamaian.
Dari empat hal tersebut di atas
dapatlah disimpulkan bahwa perdamaian di samping sebagai milik manusia sebagai
sesuatu yang berasal dari kodratnya, juga berarti bahwa perdamaian merupakan
suatu keaktifan manusia karena perdamaian merupakan karya manusia sendiri.
Untuk tercapainya suatu perdamaian, diperlukan peran serta manusia di dalamnya.
Peran serta itu tidak lain daripada mengaktifkan segala kemampuan jiwanya,
yaitu hidup dalam kebenaran, berlaku adil, mengamalkan cinta kasih, dan
menciptakan kemerdekaan.
·
REFLEKSI DAN PENUTUP
Apakah damai masih ada dalam diri
kita? Apakah kita mampu menghadirkan arti dari damai itu kepada orang lain?
Perdamaian harus mulai dari diri sendiri, sesama, dan berakhir pada Tuhan. Keluarga
merupakan lahan pertama tempat kita dapat menanamkan benih perdamaian, kepada
suami, isteri, anak, dan lain-lain. Setelah itu barulah kita bergerak pada
tingkat yang lebih luas; tetangga dan lingkungan di mana saja kita berada dan
akhirnya dunia seluruhnya.
Di akhir tulisan ini, marilah
kita semua berdoa kepada Tuhan agar Dia menghujankan rahmat perdamaian bagi
dunia ini, supaya segala permusuhan dilenyapkan, segala peperangan dan
pertikaian segera berakhir, sehingga kita dapat menikmati suatu dunia di mana
Mesias memerintah untuk selama-lamanya.
damai memang masih di impikan di sseluruh dunia terkadang perdamaianatau kedamaian asusah untuk di dapatkan karna memanng tidak ada kemauan untuk menciptakannya alangkah lebih baiknya jika perdamaian itu mulai kita ciptakan
BalasHapusnana : sekarang adalah tugas kita dalam menciptakian perdamaian di atas muka dunia ini jika tidak ada perdmaian, mungkin beberapa tahun lagi duunia ini akan penu dengan peperangan yang terjadi di mana-mana
BalasHapusgimana bisa damai kalo manusianya masih banyak yang berkonflik kak, banyak manusia yang belum mengerti pentingnya kedamaian sperti apa
BalasHapussebenarnya buka ditunggu sih kak, damai itu sudah ada sebenarnya tapi sudah menipis prosentasenya. sudah harus dibangun lagi yang namanya kedamaian agar hidup di dunia ini lebih indah dengan bersatunya perbedaan :)
BalasHapus