Sabtu, 24 Oktober 2015

bocah penjual Koran

Pelajaran dari bocah penjual Koran



Siang itu seperti biasa saya dan tim melakukan tugas proyek kebaikan, kali ini target kami adalah membagi makanan ke anak jalanan , saya dan tim memilih  daerah Tugu Muda Semarang sebagai target proyek kebaikan. saya melihat anak yang menjual koran " Koran, Koran, Kompas, Media, tempo, republika, warta kota" begitu teriak bocah laki-laki tersebut menawarkan Koran kepada kami. "Koran mba" dia menawari ku untuk membeli Koran. "seperti biasa kompas satu" kataku meminta Koran yang ia Jual.

Tangan mungilnya dengan cekatan memilih Koran yang kuminta diantara tumpukan Koran dagangannya.
" ini mba Koran kompasnya" memberi Koran yang aku minta kepadanya, "nih ada kembaliannya engga" kataku sambil menyodorkan uang Rp 50.000, kepadanya. "pasti ada" segera dikeluarkan kembaliannya dari tas gembloknya yang kotor,
"wah uangnya dah banyak ya" kataku kepada bocah tersebut.
"Allhamdulilah mba, rejeki saya lagi lancar" katanya sambil tersenyum senang.
“ Nih, saya lagi bagi-bagi makanan,belum makan siang kan ?” tanyaku kepada anak ini.
“belum mba, makasih ya mba” ucap anak itu. Sambil menyantap makanan yang ku beri dia menceritakan bahwa ia ingin sekolah Paud namun karna keadaan ia harus membantu keluarganya dengan cara menjual koran. Miris memang ketika melihat anak usia dibawah lima tahun tidak bisa menikmati masa kecilnya. Namun bertemu dengan adik kecil ini membuat saya bersyukur dengan apa yang saya punya sekarang. Setelah Nanda nama anak itu menghabiskan makanannya dia berlalu menawarkan Koran kepada pengguna jalan lainnya.

Tanpa sadar saya memperhatikan betapa gigih seorang bocah tukang Koran tersbut mencari uang, dengan menawarkan daganganya kepada semua orang yang datang dan pergi silih berganti.
Sepintas tampak keringat membasahi wajahnya yang tegar dalam usia beliaya harus berjuang memperoleh uang secara halal dan sebagai pekerja keras.
" Koran, mba ada tabloid nova, ada berita selebritisnya nih mba, atau ini tabloid bintang, ada kabar artis bercerai" katanya bagai seorang marketing ulung tanpa menyerah dia menawarkan Koran kepada seorang wanita setengah baya yang pada akhirnya menyerah dan membeli satu tabloid yang disebut sang bocah tersebut.
Sambil memperhatikan terbersit rasa kagum dan rasa haru kepada bocah tersebut, dan memperhatikan betapa gigihnya dia berusaha, hanya tampak senyum ceria yang membuat semua orang yang ditawarinya tidak marah. Tidak terdapat sedikit pun rasa putus asa dalam dirinya, walaupun terkadang orang yang ditawarinya tidak membeli korannya.
Dari Nanda juga saya belajar bahwa "Rizky Tuhan sungguh tidak terbatas, tinggal kemauan kita untuk dapat berusaha menggapainYa" .

8 komentar:

  1. belajar dariyang lebih kurang dari kita mantap sangat menggugah hati

    BalasHapus
  2. mulai bisa menghargai apa yang kita punya dan tidak menuntut lebih tepatnya banyak berucap alhamdulillah dan banyak bersyukur kak :)

    BalasHapus
  3. Wah kak saya baper bacanya :')

    BalasHapus
  4. Saya sangat terharu kak, kakak dan tim nya sangat membantu mereka
    Tuhan memberkati kak:)

    BalasHapus
  5. sangat menginspirasi cerita ini kita harus bisa berbagii dalam hal apapun, sebagian dari harta kita adalah hak2orang yang tidak mampu juga

    BalasHapus
  6. nana : terimakasih telah visit ke blog saya

    BalasHapus
  7. miris saya ketika melihat anak kecil seperti mereka harus turun kejalanan untuk membantu orang tuanya mencari sesuap nasi

    BalasHapus
  8. aku cuma bisa doain semoga adek itu kelak bisa jadi orang sukses, dan hidupnya menjadi lebih baik lagi jadi mereka ngga perlu yang namanya jualan koran dipinggir jalan :'

    BalasHapus